Seribu Orang Tewas Dalam Pertempuran Massal di Kerajaan Badung

Pada tahun 1906 an Bali dipimpin oleh raja-raja yang agung. Di tahun yang sama, Belanda pun menjajah Indonesia, otomatis Bali tergolong dalam genggaman Belanda. Namun, semua rajanya enggan begitu saja memberikan tanah mereka. Ada harga yang mesti ditunaikan Belanda bila hendak merebut tanah dominasi raja-raja Bali ini.



Beberapa wilayah mempunyai raja yang tangguh. Mereka tak mau ditata sekehendak hati semua penjajah. Para raja ini mempertahankan mati-matian wilayah kekuasaannya. Mereka rela mengerjakan segala hal supaya harga dirinya tak diinjak-injak oleh pihak asing yang inginkan mengakuisisi kala itu.



Seribu Orang Tewas Dalam Pertempuran Massal di Kerajaan Badung

Konflik raja Bali dan Belanda dibuka ketika suatu kapal kepunyaan Cina membawa koin perak dan perunggu terdampar di Sanur.Kwee Tek Tjiang, pemiliknya lantas menuduh rakyat Bali sebagai penyebab dan perampok kapal mempunyai nama Sri Komala tersebut. Kerugian yang diadukan sebesar 3.700 duit ringgit dan 2.700 duit kepeng. Atas tuduhan itu Belanda lantas menuntut ganti sejumlah 3000 dolar perak sebagai kompensasi untuk empunya kapal.



Raja menampik menyerahkan kompensasi tersebut. Menanggapi penolakan itu pada tanggal 20 September Belanda menyiapkan pasukan guna menyerang Kerajaan Badung. Belanda menyiapkan tiga batalyon infantri dan dua batalyon pasukan artileri.
Di pihak lain, Raja Badung mempersiapkan diri dan rakyatnya untuk mengerjakan perlawanan. Mereka mengenakan pakaian serba putih dan membawa senjata berupa keris. Ketika hingga di gerbang Kerajaan Badung, Belanda sempat heran sebab mendapati raja dan rakyat Bali melulu bersenjatakan keris saja.  Korban yang jatuh pada peristiwa tersebut diduga mencapai 1.000 jiwa.

Perang Massal Dikenal Dengan Istilah Puputan

Peristiwa ini dikenal dengan nama puputan. Dalam bahasa Bali, puputan berasal dari kata puput yang dengan kata lain mati atau habis. Puputan berarti bertempur melawan musuh sampai titik darah penghabisan. Ketika seorang raja mengaku puputan, maka rakyat, baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak mesti ikut serta.

Sejarah mencatat, ada sejumlah puputan terjadi di Bali. Raja Kerajaan Klungkung pun melaksanakan puputan pada tahun 1908. Setelah itu, Bali jatuh sepenuhnya ke tangan Belanda. Kemudian di masa perang kemerdekaan, I Gusti Ngurah Rai pun gugur dalam puputan Margarana.

Puputan tidak tidak jarang kali diwarnai dengan aksi bertempur   massal. Ada yang dengan gigih bertempur sampai tetes darah terakhir. Yang perlu anda pelajari dari peristiwa ini ialah loyalitas semua pahlawan dalam menjaga harga diri mereka dan menjaga kebesaran tanah airnya.

Comments