Kisah Syekh Syarif Hidayatulloh /Pangeran Syarif Bin Syekh Abdurrohman atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Eyang Datuk Banjir Lubang Buaya makamnya Terletak 1,5 km dari arah Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya.
Masuk melalui Jalan/Gang Kramat bisa juga melalui Jl.Kramat 2 dan Jalan Cengkeh. Tepat berada di belakang Pemancingan warga, berdiri Makam salah satu Wali Allah di Jakarta yang sampai kini kuburannya masih dikeramatkan.
Kisah Misteri Datuk Banjir dari Lubang Buaya ini dikenal saat dirinya semasa hidup melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Para rakyat kecil yang berjuang di desa lubang buaya saat itu sedang diserang oleh pasukan Belanda.
Mempunyai Karomah Waliyulloh, Pangeran Syarif pun berdoa, para kompeni Belanda melihat Desa Lubang Buaya seperti Lautan Air Banjir hingga mereka tak berani untuk melewatinya. Sejak itulah dirinya dijuluki Pangeran Syarif Datuk Banjir atau Eyang Datuk Banjir oleh masyarakat lubang buaya pada jaman dahulu kala.
Kepercayaan ini masih dianggap penting dalam perayaan suatu warga masyarakat agar tidak pernah menggelar acara kesenian yang dapat mengundang maksiat karena pada dahulu kala ini sangat dibenci oleh Datuk Banjir.
Hiburan seperti Ronggeng, Wayang Golek, Doger, Cokek termasuk warung Gadis Tukang Kopi yang biasanya selalu mangkal bila ada perayaan dangdutan tidak akan pernah ada sejarahnya berani membuka pertunjukan itu disekitar daerah lubang buaya yang dekat dengan makam Eyang Datuk Banjir.
Bahkan group Bokir dan kawan-kawan yang tinggalnya di daerah ceger tidak jauh dengan Lubang Buaya juga sangat pantang untuk melakukan pertunjukan hiburan Wayang Golek disana.
Pernah ada juga beberapa orang yang nekat melakukan acara hiburan yang dibenci oleh Datuk Banjir tiba-tiba para pemainnya banyak yang sakit dan ada yang kesurupan.
Dan ada juga mitos tentang Buaya Putih Mata Satu yang akan selalu muncul sebagai Tanda Peristiwa Besar yang akan dialami bangsa Indonesia seperti Misteri Penampakan Buaya Putih sebelum meletusnya pemberontakan G30 S PKI.
Ditempat Makam Keramat ini juga Ki Joko Bodo pernah berniat melakukan Syuting bersama kru -kru filmnya, namun karena kurangnya koordinasi, Ki Joko lupa meminta izin kepada keturunan Eyang Datuk Banjir hingga membuat keluarga keturunannya marah dan mengusir Ki Joko Bodo berserta kru-krunya. Padahal rumah tempat tinggal Ki Joko Bodo dengan Makam Kramat Datuk Banjir hanya berjarak sekitar 500 meter.
Source:http://www.kejadiananeh.com/2015/02/misteri-eyang-datuk-banjir-di-lubang.html
Masuk melalui Jalan/Gang Kramat bisa juga melalui Jl.Kramat 2 dan Jalan Cengkeh. Tepat berada di belakang Pemancingan warga, berdiri Makam salah satu Wali Allah di Jakarta yang sampai kini kuburannya masih dikeramatkan.
Kisah Misteri Datuk Banjir dari Lubang Buaya ini dikenal saat dirinya semasa hidup melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Para rakyat kecil yang berjuang di desa lubang buaya saat itu sedang diserang oleh pasukan Belanda.
Mempunyai Karomah Waliyulloh, Pangeran Syarif pun berdoa, para kompeni Belanda melihat Desa Lubang Buaya seperti Lautan Air Banjir hingga mereka tak berani untuk melewatinya. Sejak itulah dirinya dijuluki Pangeran Syarif Datuk Banjir atau Eyang Datuk Banjir oleh masyarakat lubang buaya pada jaman dahulu kala.
Kepercayaan ini masih dianggap penting dalam perayaan suatu warga masyarakat agar tidak pernah menggelar acara kesenian yang dapat mengundang maksiat karena pada dahulu kala ini sangat dibenci oleh Datuk Banjir.
Hiburan seperti Ronggeng, Wayang Golek, Doger, Cokek termasuk warung Gadis Tukang Kopi yang biasanya selalu mangkal bila ada perayaan dangdutan tidak akan pernah ada sejarahnya berani membuka pertunjukan itu disekitar daerah lubang buaya yang dekat dengan makam Eyang Datuk Banjir.
Bahkan group Bokir dan kawan-kawan yang tinggalnya di daerah ceger tidak jauh dengan Lubang Buaya juga sangat pantang untuk melakukan pertunjukan hiburan Wayang Golek disana.
Pernah ada juga beberapa orang yang nekat melakukan acara hiburan yang dibenci oleh Datuk Banjir tiba-tiba para pemainnya banyak yang sakit dan ada yang kesurupan.
Dan ada juga mitos tentang Buaya Putih Mata Satu yang akan selalu muncul sebagai Tanda Peristiwa Besar yang akan dialami bangsa Indonesia seperti Misteri Penampakan Buaya Putih sebelum meletusnya pemberontakan G30 S PKI.
Ditempat Makam Keramat ini juga Ki Joko Bodo pernah berniat melakukan Syuting bersama kru -kru filmnya, namun karena kurangnya koordinasi, Ki Joko lupa meminta izin kepada keturunan Eyang Datuk Banjir hingga membuat keluarga keturunannya marah dan mengusir Ki Joko Bodo berserta kru-krunya. Padahal rumah tempat tinggal Ki Joko Bodo dengan Makam Kramat Datuk Banjir hanya berjarak sekitar 500 meter.
Source:http://www.kejadiananeh.com/2015/02/misteri-eyang-datuk-banjir-di-lubang.html
Comments
Post a Comment