Tragedi ini bermula saat Presiden Soekarno berangjangsana ke perguruan Cikini dalam rangka menghadiri perayaan ulang tahun ke-15 sekolah tersebut. Kunjungan ini dilaksanakan untuk mengisi undangan dari Johan Sirie, selaku Direktur percetakan Gunung Sari dan Sumadji Muhammad Sulaimani, selaku Kepala Perguruan Cikini dan pun sebagai panitia penyelenggara.
Di sekolah ini putra putri Presiden Soekarno yaitu Muhammad Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri belajar. Namun siapa sangka dalam keadaan meriah perayaan malam tersebut seketika berubah jadi mencekam. Beberapa granat meledak dengan dahsyat di halaman Sekolah Rakyat Cikini yang saat tersebut tengah penuhi masa.
Para pelaku membuang granat ke arah Presiden Soekarno yang tengah berada diantara kerumunan anak-anak sekolah. Ketika tersebut diketahui 7 orang tewas di lokasi dan puluhan lainnya merasakan luka-luka. Mereka merupakan dua orang polisi, dua wanita, dua anak-anak serta seorang laki-laki dewasa. Mobil Presiden Soekarno pun mengalami kehancuran parah.
Hingga tanggal 1 Desember 1957, terdaftar 9 orang korban meninggal dunia. Sedangkan puluhan korban lainnya yang menderita luka-luka terus diasuh di RSUP. Berdasarkan hasil penyelidikan, Letkol Dachjar menuliskan bahwa semua pelaku pelempar granat malam itu melulu berjarak sejumlah meter dari halaman Sekolah Rakyat Cikini dengan berlangsung kaki. Mereka membaur salah satu orang-orang yang asyik menonton kedatangan Presiden Soekarno ketika itu. Meski bisa melarikan diri tetapi dalam masa-masa 24 jam semua pelaku sukses diringkus.
Berdasarkan penjelasan para terduga yang di introgasi, diketahui bahwa kejadian tersebut telah lama direncanakan. Bahkan semua eksekutor diajar terlebih dahulu mengenai bagaimana teknik menggunakan granat dalam upaya pembunuhan Presiden Soekarno. Persiapan pembunuhan Presiden Soekarno ini dilaksanakan dengan paling teliti bahkan dengan memperhitungkan bagaimana teknik mereka meloloskan diri dari orang banyak.
Berdasarkan keterangan dari para eksekutor, mereka diinstruksikan guna meledakkan granat kesatu di pekarangan gedung perguruan Cikini ketika Presiden sedang di tengah-tengah halaman sekolah supaya Presiden tidak bisa pergi berlindung ke dalam gedung. Setelah ledakan kesatu, diprediksikan Presiden bakal ke depan mendekati mobilnya untuk menggali perlindungan maka dengan demikian granat kedua juga ledakan selama jarak 7 meter dari lokasi parkir mobil Presiden.
Kemudian supaya mencegah mobil Presiden berangkat dengan cepat maka anggota pengawal sangat depan mesti dibumihanguskan terlebih dahulu sampai jalan satu-satunya yang akan dilaksanakan Presiden merupakan masuk ke dalam mobil atau tiarap diantara mobil dan ledakan kedua. Berdasarkan keterangan dari perhitungan mereka, granat ketiga dan keempat lah yang tentu akan menewaskan Presiden Soekarno.
Namun sayangnya urusan yang mereka rencanakan sebegitu mendetail ternyata salah. Setelah terjadi ledakan kesatu, Presiden Soekarno tidak menuju tempat yang mereka rencanakan tetapi beliau diamankan oleh pengawalnya dengan menyeberang jalan raya dan setelah tersebut Beliau berlindung di suatu lokasi tinggal di seberang jalan raya sampai Beliau selamat dari peristiwa tersebut.
Mayor Sudarto selaku Ajudan Presiden sukses menyelamatkan nyawa Presiden Soekarno. Sudarto menyuruh para anak buahnya guna menembak siapa saja yang mendekati Presiden Soekarno ketika Presiden diisolir ke sebuah tempat gelap yang terhimpit diantara dua bangunan di seberang Sekolah Rakyat Cikini.
Ia berasumsi bahwa tidak terdapat jalan beda untuk mengamankan nyawa Presiden di samping mengorbankan diri terlebih dahulu sebelum peluru atau pecahan granat menyentuh tubuh Presiden dengan menjadikan diri mereka (Mayor Sudarto, Ajun Inspektur Polisi Sudio dan Anggota Polisi Oding) sebagai perisai terakhir.
Kegagalan nyaris saja terjadi saat Mayor Sudarto berkeinginan menelepon guna meminta bantuan. Saat tersebut telepon disekeliling lokasi kejadian terputus. Hal ini diperkirakan sebagai di antara rencana yang dipakai dalam upaya pembunuhan Presiden Soekarno. Namun kesudahannya presiden Soekarno sukses dilarikan dengan kawalan menyeluruh pasukan Brigade mobil dengan menaiki mobil Soedarto.
Presiden tidak langsung diangkut ke Istana, sebab mereka mesti berputar terlebih dahulu melalui Lspangan Benteng disebabkan jalan yang terhalang oleh pintu kereta api yang tertutup. Dalam perjalanan mengarah ke istana, Sudarto memerintahkan supaya mobil Presiden jangan berhenti guna menjaga supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber : megamein.com/dilempari-granat-ketika-berada-ditengah-anak-anak-soekarno-nyaris-tewas-teroris-kah/
Comments
Post a Comment