Pameran lukisan koleksi Istana di Galeri Nasional Jakarta (2-30 Agustus 2017) menampilkan 48 lukisan dari 41 pelukis. Salah satu lukisan yang dipajang adalah “Nyai Roro Kidul” karya Basoeki Abdullah (1915-2015). Sebelumnya, lukisan itu dipamerkan dalam peringatan seabad Basoeki Abdullah di Museum Nasional Jakarta pada 2015.
Kisah di balik proses pembuatan lukisan Nyai Roro Kidul. “Saya melukis Nyai Roro Kidul karena saya memang merasa sering bertemu dengannya,” kata Basoeki seperti dikutip kritikus seni Agus Dermawan T. dalam biografi R. Basoeki Abdullah RA: Duta Seni Lukis Indonesia.
Kisah Basoeki itu, menurut Dermawan, agaknya berhubungan dengan peristiwa ketika dia bertapa di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.
Dia mendengar suara di tepi pantai itu sehingga yakin bahwa “Nyai Roro Kidul itu ada. Di Parangtritis, di Pelabuhan Ratu atau pokoknya di sepanjang Laut Selatan, dia bisa dijumpai.”
Di sebuah hotel di Pelabuhan Ratu, Basoeki pernah “dipanggil” dan “diajak bicara.” Di tempat lain, dia dibuat bergidik bulu romanya. Dan dilantuni suara-suara yang memanggil dan mengajaknya bercakap-cakap.
“Keinginan melukis Nyai Roro Kidul lantas tak tertahankan lagi,” tulis Dermawan. Namun, bagaimana melukisnya? Kendati sering didatangi, Basoeki tak pernah menatap wajah Nyai Roro Kidul dengan jelas. Dia berpegangan pada keterangan legenda bahwa Nyai Roro Kidul adalah wanita sangat cantik. Dia kemudian mencari model yang menurutnya amat cantik. Terpilihlah Nyonya Harahap, istri seorang dokter.
“Tante Harahap itu amat cantik sehingga menjadi model pelukis Basoeki Abdullah. Nyi Roro Kidul yang dibuat Basuki Abdullah wajahnya merupakan duplikat wajah Tante Harahap,” kata Soebronto Laras dalam otobiografinya, Meretas Dunia Otomotif Indonesia.
Lukisan Nyai Roro Kidul dengan model Nyonya Harahap kemudian menjadi koleksi Presiden Sukarno dan disimpan di Istana Presiden Yogyakarta. Sayangnya, tak lama setelah dilukis, Nyonya Harahap menderita sakit keras. Kanker ganas menyerang tubuhnya dan tak lama kemudian meninggal dunia.
Basoeki menganggap hal itu sebagai suatu kebetulan. Dia pun kembali melukis Nyai Roro Kidul. Setelah kejadian itu lebih dari tiga kali, dia pun waspada. “Semua model yang memerankan Nyai Roro Kidul menderita sakit parah. Bahkan sebagian tak tertolong jiwanya,” tulis Dermawan.
Setelah kejadian itu, apabila Basoeki mendapat ilham untuk melukis Nyai Roro Kidul, dia tak memakai model. Dia menggunakan imajinasinya. Kanvasnya tak ingin memakan korban lagi.
“Sampai sekarang ada enam lukisan Nyai Roro Kidul yang diciptakan Basoeki. Semua dalam versi yang berlainan. Dan versi bentuk serta pengadeganan itu ditentukan dari bagaimana Basoeki menangkap ‘petunjuk dari sana’,”
Comments
Post a Comment