Kapten Lukas. Ia bareng pemuda Indonesia lainnya, berusaha di garis depan Karawang-Bekasi yang begitu legendaris. Tak melulu sekedar angkat senjata, sosok mempunyai nama Lukas Kustariyo tersebut sampai dijuluki sebagai “Begundal Karawang” sebab aksi nekatnya yang sering menyamar menjadi tentara Belanda. Sepak terjangnya sebagai komandan lapangan sangat unik untuk diikuti.
Pria simpel yang merepotkan pasukan Belanda
Keberadaannya paling ditakuti Belanda
Saat jepang berkuasa di Indonesia, Lukas masuk menjadi anggota PETA. Ia sedang di bawah komando Letkol Sidik Brotoatmodjo pada brigade III/Kian Santang, Purwakarta. Menariknya, Lukas sering menyamar sebagai tentara Belanda dengan memakai seragam bekas serdadu penjajah yang terbunuh. Dengan itu, ia menyikat berakhir tentara kolonial yang ditemuinya. “Ia suka menggunakan seragam pasukan Belanda guna membunuh tentara Belanda. Di samping itu, lelaki tersebut paling gesit laksana belut ketika disergap Belanda,” tutur Sukarman, seorang penutur sejarah
Aksi heroiknya sampai dijuluki Begundal Karawang
Di samping dikenal berpengalaman dalam menyamar guna membubuh tentara lawan, Lukas pun kerap merepotkan pasukan Belanda dengan aksi-aksi gilanya. Ia diketahui tidak jarang merampas persenjataan pasukan penjajah yang dibawa dengan kereta api ketika melintas di Karawang. Pendek kata, sosok satu ini paling ditakuti Belanda pada ketika itu. Hingga mereka juga menjulukinya sebagai “Begundal Karawang” sebab aksi nekatnya tersebut.
Dikenal kembali sesudah peristiwa pembantaian Rawagede
Muncul kembali ketika peringatan pembantaian Rawagede 1947
Pejuang Indonesia kesudahannya sukses mengenyahkan tentara Belanda di Indonesia. Bersamaan dengan itu, Nama Lukas juga seolah hilang ditelan bumi. Nama pulang diperbincangkan ketika monumen pembantaian Rawagede didirikan. Diketahui, Lukas pernah tiga kali berangjangsana ke pemakaman Rawagede dan menyerahkan santunan untuk janda yang menjadi korban pembantaian. Sosok kelahiran Magetan, Jawa Timur, 20 November 1920 tersebut, terakhir kali menginjakkan kakinya pada 1996, satu tahun sebelum ia wafat.
Sosok pahlawan tak dikenal yang paling rendah hati
Kisah heroik Kapten Lukas dituturkan pulang oleh Sukarma, Ketua Yayasan Rawage
Meski jasanya pada kebebasan Indonesia tak diragukan, Kapten Lukas dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Piagam pahlawan yang diserahkan pemerintah untuk dirinya, bahkan disobek-sobek sebab ia tak ingin dirasakan sebagai figur kemerdekaan. “Apa-apaan ini? Buat apa ini? Nggak ada dengan kata lain apa-apa ini bikin aku,” kata Lukas untuk sang istri yang mempunyai nama Euis.
Alhasil, semua keluarganya khawatir karena andai ia meninggal, tak dapat dikuburkan di Taman Makam Pahlawan sebab tak terdapat bukti otentik. Sang “Begundal Karawang” kesudahannya wafat di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 8 Januari 1997, pada umur 77 tahun.
Memang, sejarah perjuangan bangsa sarat dengan kisah-kisah heroik yang jarang tersiar oleh generasi ketika ini. Seperti Kapten Lukas, kiprahnya baru terdengar malah di saat-saat terakhir pada masa tuanya. Di mana perjuangannya dahulu, menyerahkan warna yang mengirimkan bangsa ini merdeka sepenuhnya. Selamat beristirahat pahlawan. Merdeka!
Pria simpel yang merepotkan pasukan Belanda
Keberadaannya paling ditakuti Belanda
Saat jepang berkuasa di Indonesia, Lukas masuk menjadi anggota PETA. Ia sedang di bawah komando Letkol Sidik Brotoatmodjo pada brigade III/Kian Santang, Purwakarta. Menariknya, Lukas sering menyamar sebagai tentara Belanda dengan memakai seragam bekas serdadu penjajah yang terbunuh. Dengan itu, ia menyikat berakhir tentara kolonial yang ditemuinya. “Ia suka menggunakan seragam pasukan Belanda guna membunuh tentara Belanda. Di samping itu, lelaki tersebut paling gesit laksana belut ketika disergap Belanda,” tutur Sukarman, seorang penutur sejarah
Aksi heroiknya sampai dijuluki Begundal Karawang
Di samping dikenal berpengalaman dalam menyamar guna membubuh tentara lawan, Lukas pun kerap merepotkan pasukan Belanda dengan aksi-aksi gilanya. Ia diketahui tidak jarang merampas persenjataan pasukan penjajah yang dibawa dengan kereta api ketika melintas di Karawang. Pendek kata, sosok satu ini paling ditakuti Belanda pada ketika itu. Hingga mereka juga menjulukinya sebagai “Begundal Karawang” sebab aksi nekatnya tersebut.
Dikenal kembali sesudah peristiwa pembantaian Rawagede
Muncul kembali ketika peringatan pembantaian Rawagede 1947
Pejuang Indonesia kesudahannya sukses mengenyahkan tentara Belanda di Indonesia. Bersamaan dengan itu, Nama Lukas juga seolah hilang ditelan bumi. Nama pulang diperbincangkan ketika monumen pembantaian Rawagede didirikan. Diketahui, Lukas pernah tiga kali berangjangsana ke pemakaman Rawagede dan menyerahkan santunan untuk janda yang menjadi korban pembantaian. Sosok kelahiran Magetan, Jawa Timur, 20 November 1920 tersebut, terakhir kali menginjakkan kakinya pada 1996, satu tahun sebelum ia wafat.
Sosok pahlawan tak dikenal yang paling rendah hati
Kisah heroik Kapten Lukas dituturkan pulang oleh Sukarma, Ketua Yayasan Rawage
Meski jasanya pada kebebasan Indonesia tak diragukan, Kapten Lukas dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Piagam pahlawan yang diserahkan pemerintah untuk dirinya, bahkan disobek-sobek sebab ia tak ingin dirasakan sebagai figur kemerdekaan. “Apa-apaan ini? Buat apa ini? Nggak ada dengan kata lain apa-apa ini bikin aku,” kata Lukas untuk sang istri yang mempunyai nama Euis.
Alhasil, semua keluarganya khawatir karena andai ia meninggal, tak dapat dikuburkan di Taman Makam Pahlawan sebab tak terdapat bukti otentik. Sang “Begundal Karawang” kesudahannya wafat di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 8 Januari 1997, pada umur 77 tahun.
Memang, sejarah perjuangan bangsa sarat dengan kisah-kisah heroik yang jarang tersiar oleh generasi ketika ini. Seperti Kapten Lukas, kiprahnya baru terdengar malah di saat-saat terakhir pada masa tuanya. Di mana perjuangannya dahulu, menyerahkan warna yang mengirimkan bangsa ini merdeka sepenuhnya. Selamat beristirahat pahlawan. Merdeka!
Comments
Post a Comment