1. Tribuwana Wijayatunggaldewi – Kerajaan Majapahit
Tribuwana Wijayatunggaldewi ialah raja ketiga dari Kerajaan Majapahit. Ia menggantikan kakak tirinya, Jayanegara yang meninggal tanpa mempunyai keturunan. Tribuwana memerintah Majapahit atas permintaan Gayatri sang ibu sebab ia sudah menjadi pendeta Buddha. Hal ini menimbulkan sangkaan jika Tribuwana naik tahta guna menggantikan Gayatri.
Meski demikian sekitar 23 tahun memerintah didampingi suaminya Cakradhara, Tribuana telah menciptakan Majapahit menjadi kerajaan yang maju. Ia sukses memenangkan peperangan di wilayah Sadeng dan Keta. Di samping itu, terdapat peristiwa urgen saat pemerintahan Tribuana. Peristiwa itu ialah Sumpah Palapa yang dibacakan Gajah Mada ketika dilantik menjadi seorang maha patih dan panglima perang.
2. Ratu Shima – Kerajaan Kalingga
Ratu Shima ialah seorang ratu yang memerintah distrik Kerajaan Kalingga yang ketika ini adalahwilayah Jawa Tengah. Ratu ini memerintah kerajaan sekitar 60 tahun dari tahun 670 sampai 730 masehi. Saat menjadi ratu, ia merupakan tokoh yang menjunjung tinggi hukum di wilayahnya. Ia mengajarkan untuk rakyatnya supaya selalu hidup dalam kejujuran hingga kapan pun
Ia bahkan hampir membunuh putranya sendiri yang secara tidak sengaja menyentuh kantong emas yang diletakkan di alun-alun. Kantong ini ialah ujian untuk seluruh rakyat Kalingga guna berlaku jujur. Menyentuh saja maka tamat. Beruntunglah tidak sedikit anggota kerajaan yang memintakan maaf guna pangeran hingga melulu kakinya saja yang dipotong.
3. Sri Isyana Tunggawijaya – Kerajaan Medang
Sri Isyana Tunggawijaya ialah seorang raja wanita yang naik tahta menjadi Raja Medang pada tahun 947 masehi. Ia menggantikan ayahnya yang mempunyai nama Empu Sindok yang sebelumnya mengalihkan Istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah mengarah ke Jawa Timur. Sebelum menemukan kekuasaan, Sri Isyana Tunggawijaya menikah dengan seorang lelaki Bali mempunyai nama Sri Lokapala.
Informasi tentang Kerajaan Medang tidaklah jelas. Tidak terdapat prasasti yang mengindikasikan kapan berakhirnya pemerintahan. Namun, banyak berpengalaman sejarah mengatakan andai Sri Isyana Tunggawijaya ialah seorang raja yang hebat. Ia memerintah kerajaannya sampai terus berkembang dan lantas digantikan putranya yang mempunyai nama Sri Makuthawangsawardhana.
4. Sutanah Syah Alam Barisyah – Kerajaan Perlak
Syah Alam Barisyah ialah seorang ratu dari Kerajaan Perlak di Aceh. Ia naik tahta menggantikan ayahnya yang mempunyai nama Sultan Makhdum Alaiddun Abdul Jalil Jauhan Berdaulat. Sebelumnya ia menemukan gelar Sultanah yang merujuk pada Sultan tetapi dengan jenis kelamin wanita.
Syah Alam Barisyah memerintah Kerajaan Perlak sekitar 29 tahun dari tahun 1196-1225. Dalam memerintah, Syah Alam Barisyah tidak sedikit menerapkan syariat Islam yang saat tersebut mulai berkembang di Aceh. Ia melakukannya ditolong adik laki-lakinya mempunyai nama Abudul Aziz Syah.
5. Sutanah Nahrasiyah – Kerajaan Samudra Pasai
Sutanah Nahrasiyah ialah seorang Ratu Kerajaan Samudra Pasai yang memerintah pada tahun 1405-1428 masehi. Ratu Nahrasiyah ialah putri dari Sultan Zainal Abidin Malikuldzahir yang turun tahta pada tahun 1405. Sejak memerintah, Sutanah Nahrasiyah telah membawa perubahan besar pada Samudra Pasai.
Salah satu evolusi yang mencolok ialah adanya penghormatan pada wanita. Ia memperjuangkan hak perempuan yang kala tersebut masih tidak jarang dihapuskan. Di samping masalah perempuan di tangan ratu ini Samudra Pasai mulai tidak sedikit melakukan perniagaan dengan negara lain. Ia membuktikan andai kaum wanita dapat melakukan tidak sedikit hal yang hebat.
Tribuwana Wijayatunggaldewi ialah raja ketiga dari Kerajaan Majapahit. Ia menggantikan kakak tirinya, Jayanegara yang meninggal tanpa mempunyai keturunan. Tribuwana memerintah Majapahit atas permintaan Gayatri sang ibu sebab ia sudah menjadi pendeta Buddha. Hal ini menimbulkan sangkaan jika Tribuwana naik tahta guna menggantikan Gayatri.
Meski demikian sekitar 23 tahun memerintah didampingi suaminya Cakradhara, Tribuana telah menciptakan Majapahit menjadi kerajaan yang maju. Ia sukses memenangkan peperangan di wilayah Sadeng dan Keta. Di samping itu, terdapat peristiwa urgen saat pemerintahan Tribuana. Peristiwa itu ialah Sumpah Palapa yang dibacakan Gajah Mada ketika dilantik menjadi seorang maha patih dan panglima perang.
2. Ratu Shima – Kerajaan Kalingga
Ratu Shima ialah seorang ratu yang memerintah distrik Kerajaan Kalingga yang ketika ini adalahwilayah Jawa Tengah. Ratu ini memerintah kerajaan sekitar 60 tahun dari tahun 670 sampai 730 masehi. Saat menjadi ratu, ia merupakan tokoh yang menjunjung tinggi hukum di wilayahnya. Ia mengajarkan untuk rakyatnya supaya selalu hidup dalam kejujuran hingga kapan pun
Ia bahkan hampir membunuh putranya sendiri yang secara tidak sengaja menyentuh kantong emas yang diletakkan di alun-alun. Kantong ini ialah ujian untuk seluruh rakyat Kalingga guna berlaku jujur. Menyentuh saja maka tamat. Beruntunglah tidak sedikit anggota kerajaan yang memintakan maaf guna pangeran hingga melulu kakinya saja yang dipotong.
3. Sri Isyana Tunggawijaya – Kerajaan Medang
Sri Isyana Tunggawijaya ialah seorang raja wanita yang naik tahta menjadi Raja Medang pada tahun 947 masehi. Ia menggantikan ayahnya yang mempunyai nama Empu Sindok yang sebelumnya mengalihkan Istana Kerajaan Medang dari Jawa Tengah mengarah ke Jawa Timur. Sebelum menemukan kekuasaan, Sri Isyana Tunggawijaya menikah dengan seorang lelaki Bali mempunyai nama Sri Lokapala.
Informasi tentang Kerajaan Medang tidaklah jelas. Tidak terdapat prasasti yang mengindikasikan kapan berakhirnya pemerintahan. Namun, banyak berpengalaman sejarah mengatakan andai Sri Isyana Tunggawijaya ialah seorang raja yang hebat. Ia memerintah kerajaannya sampai terus berkembang dan lantas digantikan putranya yang mempunyai nama Sri Makuthawangsawardhana.
4. Sutanah Syah Alam Barisyah – Kerajaan Perlak
Syah Alam Barisyah ialah seorang ratu dari Kerajaan Perlak di Aceh. Ia naik tahta menggantikan ayahnya yang mempunyai nama Sultan Makhdum Alaiddun Abdul Jalil Jauhan Berdaulat. Sebelumnya ia menemukan gelar Sultanah yang merujuk pada Sultan tetapi dengan jenis kelamin wanita.
Syah Alam Barisyah memerintah Kerajaan Perlak sekitar 29 tahun dari tahun 1196-1225. Dalam memerintah, Syah Alam Barisyah tidak sedikit menerapkan syariat Islam yang saat tersebut mulai berkembang di Aceh. Ia melakukannya ditolong adik laki-lakinya mempunyai nama Abudul Aziz Syah.
5. Sutanah Nahrasiyah – Kerajaan Samudra Pasai
Sutanah Nahrasiyah ialah seorang Ratu Kerajaan Samudra Pasai yang memerintah pada tahun 1405-1428 masehi. Ratu Nahrasiyah ialah putri dari Sultan Zainal Abidin Malikuldzahir yang turun tahta pada tahun 1405. Sejak memerintah, Sutanah Nahrasiyah telah membawa perubahan besar pada Samudra Pasai.
Salah satu evolusi yang mencolok ialah adanya penghormatan pada wanita. Ia memperjuangkan hak perempuan yang kala tersebut masih tidak jarang dihapuskan. Di samping masalah perempuan di tangan ratu ini Samudra Pasai mulai tidak sedikit melakukan perniagaan dengan negara lain. Ia membuktikan andai kaum wanita dapat melakukan tidak sedikit hal yang hebat.
Comments
Post a Comment